FILSAFAT PONDASI MATEMATIKA
sumber: sujudhku.blogspot.com |
Dalam menyusun prakarya perlu adanya
perpaduan dari teori-teori atau pernyataan yang didukung oleh argumen-argumen
dengan menyeleksi argumen pertentangan yang benar. Prinsip-prinsip
filsafat orang satu dengan yang lain kemungkinan besar berbeda, dapat dilihat dalam sejarah bahwa Aristotelles tidak
sependapat dengan gurunya, Plato. Tetapi jika kita amati, perbedaan pendapat tersebut malah dapat
menyempurnakan ilmu.
Ada beberapa pendapat tentang pengungkapan
matematika
1. Menurut
Aristotelles, memandang matematika dari benda aslinya dengan cara mengedialisasi atau
mencari hal-hal yang benar, maka dengan idealisasi kita dapat membuat definisi,
menemukan struktur matematika, menemukan logika, menemukan teorema, dan
melakukan hipotesis.
2. Matematika
bersifat given yaitu yang sudah ada didalam ide kita.
3. Pandangan
Plato adalah matematika bersifat aktual. Dalam memandang
bilangan infinit, matematika di suatu
sisi dapat dipandang sebagai aktual (hangat), tetapi juga
dapat dipandang sebagai potensial (kekuatan). Brouwer salah
satu kaum intuisionis menolak pandangan terakhir dalam rangka mengembangkan
matematika intuisionisme.
Menurutnya, mengembangkan matematika kita harus menggunakan
intuisi yang kita miliki, intuisi yang kita punya dan pengalaman tidak bisa
menjangkau bilangan infinit, sehingga kaum intuisionisme menolak
bilangan infinit, hanya mengembangkan bilangan finit. Menurut Heyting sebagai
penerus Brouwer menolak kenyataan transenden sebagai alat bukti matematika.
Menurutnya bilangan infinit merupakan salah satu kenyataan transenden.
Kebenaran yang bersifat bersyarat merupakan
pandangan kebanyakan masyarakat umum.
Konsep-konsep bilangan tak hingga atau infinit tidak mudah diwujudkan karena keterbatasan
manusia dalam segala hal. Ada tiga pandangan bagaimana memperoleh kebenaran
matematika:
· Dari
akal pikiran (menurut kaum rasionalis yang dipelopori oleh Rene
Descartes dan Leibniz)
· Berdasarkan
pengalaman inderawi (menurut John Locke dan David
Home)
· Pemahaman
matematika diperoleh dari pengalaman dan kebenaran matematika diperoleh dengan
melakukan generalisasi kegiatan penemuan konsep-konsep empiris.
· Matematika adalah ilmu yang bersifat sintetik apriori (Immanuel
Kant)
Pengetahuan matematika di satu sisi
bersifat subserve yakni hasil dari sintesis pengalaman
inderawi, disisi lain bersifat superserve yakni mengetahui
apriori sebagai hasil konsep matematika yang bersifat imannen. Dikarenakan dalam pikiran kita sudah terdapat
kategori-kategori yang memungkinkan untuk memahami matematika tersebut. Pada akhir abad 19, Cantor menemukan
dan mengembangkan teori himpunan. Dalam pengembangan teori himpunan tersebut, Cantor menghadapi pernyataan-pernyataan yang seolah-olah
berlawanan dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataanya mengandung kebenaran.
Pada awal abad ke-20, karya besar telah dicapai oleh para filsuf dan
matematisi dengan diletakannya
logika sebagai pondamen matematika sehingga menggagalkan usaha Hilbert untuk
membangun matematika sebagai suatu sistem di atas pondasi yang kokoh. Yang menggagalkannya adalah muridnya sendiri, yaitu Kurt Godel yang berhasil
menyimpulkan bahwa jika sistem matematika bersifat lengkap maka dia pasti tidak
konsisten, dan jika sistem matematika konsisten maka dia tidak akan bisa
lengkap.
Joko Purwanto. 2009. Refleksi Artikel Pondasi
Matematika: Dari Plato sampai Godel. Terdapat pada
http://sujud-angka.blogspot.co.id/2009/01/pondasi-matematika-dari-plato-sampai.html
0 komentar:
Posting Komentar